Minggu, 11 Januari 2015

Amalan-amalan istimewa di hari Jum’at

Amalan-amalan istimewa di hari Jum’at yang penuh berkah yang bisa dimanfaatkan oleh setiap muslim sebagai tabungan pahala baginya di hari kiamat.


Pertama;
Terlarang mengkhususkan malam Jum’at dengan shalat dan siang harinya dengan berpuasa. Dari
Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻻَ ﺗَﺨْﺘَﺼُّﻮﺍ ﻟَﻴْﻠَﺔَ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﺑِﻘِﻴَﺎﻡٍ ﻣِﻦْ ﺑَﻴْﻦِ ﺍﻟﻠَّﻴَﺎﻟِﻰ ﻭَﻻَ ﺗَﺨُﺼُّﻮﺍ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ
ﺑِﺼِﻴَﺎﻡٍ ﻣِﻦْ ﺑَﻴْﻦِ ﺍﻷَﻳَّﺎﻡِ ﺇِﻻَّ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﻓِﻰ ﺻَﻮْﻡٍ ﻳَﺼُﻮﻣُﻪُ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ
Janganlah mengkhususkan malam Jum’at dengan shalat tertentu dan janganlah mengkhususkan
hari Jum’at dengan berpuasa kecuali jika berpapasan dengan puasa yang mesti dikerjakan
ketika itu.” [1]

An Nawawi rahimahullah mengatakan,
 “Dalam hadits ini menunjukkan dalil yang tegas dari pendapat mayoritas ulama Syafi’iyah dan yang
sependapat dengan mereka mengenai dimakruhkannya mengerjakan puasa secara
bersendirian pada hari Jum’at. Hal ini dikecualikan jika puasa tersebut adalah puasa
yang berpapasan dengan kebiasaannya (seperti berpapasan dengan puasa Daud, puasa Arofah
atau puasa sunnah lainnya, pen), ia berpuasa pada hari sebelum atau sesudahnya, berpapasan
dengan puasa nadzarnya seperti ia bernadzar meminta kesembuhan dari penyakitnya. Maka
pengecualian puasa ini tidak mengapa jika bertepatan dengan hari Jum’at dengan alasan
hadits ini.”[2]

Kedua:
Ketika shalat Shubuh di hari Jum’at dianjurkan membaca Surat As Sajdah dan Surat Al Insan.
Sebagaimana terdapat dalam hadits AbuHuraira,

Beliau berkata;
  ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰَّ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻘْﺮَﺃُ ﻓِﻰ ﺍﻟﺼُّﺒْﺢِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﺏِ
‏( ﺍﻟﻢ ﺗَﻨْﺰِﻳﻞُ‏) ﻓِﻰ ﺍﻟﺮَّﻛْﻌَﺔِ ﺍﻷُﻭﻟَﻰ ﻭَﻓِﻰ ﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻴَﺔِ ‏( ﻫَﻞْ ﺃَﺗَﻰ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻹِﻧْﺴَﺎﻥِ   
ﺣِﻴﻦٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪَّﻫْﺮِ ﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻣَﺬْﻛُﻮﺭًﺍ )
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca pada shalat Shubuh di hari Jum’at “Alam Tanzil
…” (surat As Sajdah) pada raka’at pertama dan “Hal ataa ‘alal insaani hiinum minad dahri lam
yakun syai-am madzkuro” (surat Al Insan) pada raka’at kedua.” [3]

Ketiga:
Memperbanyak shalawat Nabi di hari Jum’at
Dari Abu Umamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

ﺃَﻛْﺜِﺮُﻭﺍ ﻋَﻠَﻰَّ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓِ ﻓِﻰ ﻛُﻞِّ ﻳَﻮْﻡِ ﺟُﻤُﻌَﺔٍ ﻓَﺈِﻥَّ ﺻَﻼَﺓَ ﺃُﻣَّﺘِﻰ ﺗُﻌْﺮَﺽُ ﻋَﻠَﻰَّ
ﻓِﻰ ﻛُﻞِّ ﻳَﻮْﻡِ ﺟُﻤُﻌَﺔٍ ، ﻓَﻤَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﺃَﻛْﺜَﺮَﻫُﻢْ ﻋَﻠَﻰَّ ﺻَﻼَﺓً ﻛَﺎﻥَ ﺃَﻗْﺮَﺑَﻬُﻢْ ﻣِﻨِّﻰ
 ﻣَﻨْﺰِﻟَﺔً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena shalawat umatku akan
diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku,
dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti.[5]

Keempat:
Dianjurkan membaca Surat Al Kahfi
Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
ﺇﻥ ﻣﻦ ﻗﺮﺃ ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻟﻜﻬﻒ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ﺃﺿﺎﺀ ﻟﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﻮﺭ ﻣﺎ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺠﻤﻌﺘﻴﻦ
“ Barangsiapa membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at, maka ia akan disinari oleh cahaya di
antara dua jum’at ”[6].

 Dalam lafazh lainnya dikatakan,

ﻣَﻦْ ﻗَﺮَﺃَ ﺳُﻮﺭَﺓَ ﺍﻟْﻜَﻬْﻒِ ﻟَﻴْﻠَﺔَ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﺃَﺿَﺎﺀَ ﻟَﻪُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨُّﻮﺭِ ﻓِﻴﻤَﺎ ﺑَﻴْﻨَﻪُ ﻭَﺑَﻴْﻦَ
ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ ﺍﻟْﻌَﺘِﻴﻖِ .
“Barangsiapa membaca surat Al Kahfi pada malam Jum’at, maka ia akan mendapat cahaya antara
dirinya dan rumah yang mulia (Mekkah).”[7] Juga dari Abu Sa’id Al Khudri,
 Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻣﻦ ﻗﺮﺃ ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻟﻜﻬﻒ ﻛﻤﺎ ﺃﻧﺰﻟﺖ ، ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻪ ﻧﻮﺭﺍ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻣﻦ ﻣﻘﺎﻣﻪ
ﺇﻟﻰ ﻣﻜﺔ ، ﻭﻣﻦ ﻗﺮﺃ ﻋﺸﺮ ﺁﻳﺎﺕ ﻣﻦ ﺁﺧﺮﻫﺎ ﺛﻢ ﺧﺮﺝ ﺍﻟﺪﺟﺎﻝ ﻟﻢ ﻳﺴﻠﻂ
ﻋﻠﻴﻪ ، ﻭﻣﻦ ﺗﻮﺿﺄ ﺛﻢ ﻗﺎﻝ : ﺳﺒﺤﺎﻧﻚ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﻭﺑﺤﻤﺪﻙ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺃﻧﺖ
ﺃﺳﺘﻐﻔﺮﻙ ﻭﺃﺗﻮﺏ ﺇﻟﻴﻚ ﻛﺘﺐ ﻓﻲ ﺭﻕ ، ﺛﻢ ﻃﺒﻊ ﺑﻄﺎﺑﻊ ﻓﻠﻢ ﻳﻜﺴﺮ ﺇﻟﻰ
ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ
“Barangsiapa membaca surat Al Kahfi sebagaimana diturunkan, maka ia akan mendapatkan cahaya dari tempat ia berdiri hingga Mekkah.
 Barangsiapa membaca 10 akhir ayatnya, kemudian keluar Dajjal, maka ia tidak
akan dikuasai.

 Barangsiapa yang berwudhu, lalu ia ucapkan:
Subhanakallahumma wa bi hamdika laa ilaha illa anta, astagh-firuka wa atuubu ilaik

(Maha suci Engkau Ya Allah, segala pujian untuk-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak disembah
selain Engkau, aku senantiasa memohon ampun dan bertaubat pada-Mu), maka akan dicatat
baginya dikertas dan dicetak sehingga tidak akan luntur hingga hari kiamat.” [8]

Dari hadits-hadits di atas menunjukkan dianjurkannya membaca surat Al Kahfi, bisa
dilakukan pada malam Jum’at atau siang hari di hari Jum’at.

Kelima;
Memperbanyak do’a di hari Jum’at
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. membicarakan mengenai hari Jum’at
lalu ia bersabda,

ﻓِﻴﻪِ ﺳَﺎﻋَﺔٌ ﻻَ ﻳُﻮَﺍﻓِﻘُﻬَﺎ ﻋَﺒْﺪٌ ﻣُﺴْﻠِﻢٌ ، ﻭَﻫْﻮَ ﻗَﺎﺋِﻢٌ ﻳُﺼَﻠِّﻰ ، ﻳَﺴْﺄَﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪَ
ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﺇِﻻَّ ﺃَﻋْﻄَﺎﻩُ ﺇِﻳَّﺎﻩُ
“Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa
yang ia minta” Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu
tersebut. [9]

Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari ketika menjelaskan hadits ini beliau menyebutkan 42 pendapat ulama tentang waktu yang dimaksud.
Namun secara umum terdapat 4 pendapat yang kuat.

Pendapat pertama, ''yaitu waktu sejak imam naik
mimbar sampai selesai shalat Jum’at,
berdasarkan hadits: 

ﻫﻲ ﻣﺎ ﺑﻴﻦ ﺃﻥ ﻳﺠﻠﺲ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﺗﻘﻀﻰ ﺍﻟﺼﻼﺓ         
“Waktu tersebut adalah ketika imam naik mimbar
sampai shalat Jum’at selesai” [10].

 Pendapat ini dipilih oleh Imam Muslim, An Nawawi, Al Qurthubi,
Ibnul Arabi dan Al Baihaqi.

Pendapat kedua,'' yaitu setelah ashar sampai
terbenamnya matahari. Berdasarkan hadits:

ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ﺛﻨﺘﺎ ﻋﺸﺮﺓ ﻳﺮﻳﺪ ﺳﺎﻋﺔ ﻻ ﻳﻮﺟﺪ ﻣﺴﻠﻢ ﻳﺴﺄﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ
ﺷﻴﺌﺎ ﺇﻻ ﺃﺗﺎﻩ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻓﺎﻟﺘﻤﺴﻮﻫﺎ ﺁﺧﺮ ﺳﺎﻋﺔ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻌﺼﺮ
“Dalam 12 jam hari Jum’at ada satu waktu, jika seorang muslim meminta sesuatu kepada Allah
Azza Wa Jalla pasti akan dikabulkan. Carilah waktu itu di waktu setelah ashar”[11].

 Pendapat
ini dipilih oleh At Tirmidzi, dan Ibnu Qayyim AlJauziyyah. Pendapat ini yang lebih masyhur
dikalangan para ulama.

Pendapat ketiga ,'' yaitu setelah ashar, namun diakhir-akhir hari Jum’at.
 Pendapat ini didasarin oleh riwayat dari Abi Salamah. Ishaq bin
Rahawaih, At Thurthusi, Ibnul Zamlakani
menguatkan pendapat ini.

Pendapat keempat,'' yang juga dikuatkan oleh Ibnu
Hajar sendiri, yaitu menggabungkan semua pendapat yang ada.
 Ibnu ‘Abdil Barr berkata:
“Dianjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa pada dua waktu yang disebutkan”.
Dengan demikian seseorang akan lebih memperbanyak doanya di hari Jum’at tidak pada
beberapa waktu tertentu saja. Pendapat ini dipilih oleh Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu ‘Abdil
Barr.[12].


Semoga bermanfaat