Sabtu, 15 Maret 2014

Wanita Muslimah Bertanggung Jawab Atas Anggota Keluarganya

Dalam mengarungi kehidupan rumah tangga, seorang wanita muslimah tdk kalah berat dari laki-laki dalam memikul tanggung jawab anggota keluarganya di hadapan Allah.

Bahkan terkadang tanggung jawabnya lebih besar, dikarenakan dia mengetahui seluk beluk dan sepak terjang anak-anaknya dan yg lebih sering berada bersama mereka daripada suaminya.

Wanita muslimah merasakan tanggung jawab yg besar ini, terlebih ketika mendengar sabda Nabi saw :

"Dan wanita adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya, dan dia akan dimintai pertanggung jawabannya terhadap apa yg dia pimpin". (Muttafaqun 'Alaihi)

Sehingga perasaan tanggung jawabnya itu selalu mendorongnya utk selalu memperhatikan anggota keluarganya, dan selalu membantu suaminya dalam mendidik anak-anaknya dan melayani suaminya dgn baik.

Wanita muslimah tdk akan terlalu sibuk dgn berbagai aktifitasnya, namun dia akan fokus dalam rumahnya utk memberikan perhatian yg lebih kepada anak-anaknya.

Namun tentunya tidaklah salah apabila dalam hal nafkah, sang suami tdk mencukupi dan sang istri mempunyai kemampuan utk membantu, juga bagi wanita yg memiliki keahlian khusus, utk berdakwah, berjihad, dll. Apalagi tentunya bagi wanita yg single parents.

Menetapnya wanita dirumah adalah suatu kebaikan, karena dgn demikian dia telah mentaati Allah swt dalam firman-Nya :

"Dan hendaklah kamu (para wanita) tetap di rumahmu, dan jangan berhias dan (bertingkah laku) seperti org-org jahiliyah dahulu". (QS. al-Ahzab:33)

Oleh karena itu berbahagialah wahai para wanita yg tetap berada dalam ketaatan Rabbnya.

Salam !
----------
Belajar Kesabaran dari Asiah, Kesetiaan dari Khadijah, Kesucian dari Maryam, Keikhlasan dari Aisyah, Ketabahan dari Fathimah.

BIDADARA BIDADARA SURGA

 Banyak pertanyaan yg muncul stlh kajian "Bidadari Bidadari Surga" dikirim, terutama dari kaum wanita banyak yg protes.

      "Pria yg masuk surga akan mendapatkan bidadari. Bgmn dgn kaum wanita, Apakah wanita yg masuk surga akan dapat bidadara?"
Tenaaang kita akan kaji sama-sama ya...!!!!

Nabi Saw bersabda: “Di surga tidak ada orang yg membujang (tdk memiliki pasangan)”. (HR. Muslim)

Jadiii...Bagi wanita yg belum memiliki suami di dunia akan dinikahkan oleh Allah dgn pria ahli surga yg dia sukai.

Bagi wanita yg diceraikan oleh suaminya didunia, maka pria ahli surga yg tampan dan berakhlak baik akan menikahinya.

Bagi wanita yg masuk surga akan mendapatkan suaminya sendiri yg didunia apabila diapun masuk surga.

Apabila suaminya tdk masuk surga, maka di sana ada pria ahli surga yg akan memperisterinya.

Bila seorang wanita di dunia mempunyai suami lebih dari satu, ia diberi pilihan utk memilih yg terbaik.

Ummu Salamah bertanya kpd Nabi Saw, “Wahai Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah menikah dgn dua, tiga, atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan mereka pun masuk surga pula. Siapakah di antara laki-laki itu yg akan menjadi suaminya di surga?”

Rasul menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu ia pun memilih siapa di antara mereka yg akhlaknya paling bagus, lalu dia berkata, ‘Wahai Rabb-ku, sesungguhnya lelaki inilah yg paling baik akhlaknya tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya’”. (HR. Thabrani)

Keluarga shaleh akan berkumpul kembali disurga.

"Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yg teduh, bertelekan di atas dipan-dipan". (QS.Yaasiin:56)

"Masuklah kamu ke dalam Surga, kamu dan istri-istri kamu akan digembirakan". (QS.Az-Zukhruf:70)

Jadi kenikmatan surga berlaku umum bagi wanita dan pria yg shaleh.

Akhirnya kebagian juga kaan.
Salam !

YANG TERLARANG SAAT BERZIARAH KUBUR.

DUDUK DI ATAS KUBURAN
“Seseorang dari kalian duduk diatas bara api sehingga terbakar bajunya hingga sampai ke kulitnya lebih baik baginya drpd duduk di atas kuburan”. (HR.Muslim:2/ 667)

MENGINJAK KUBURAN
“Berjalan di atas bara api atau pedang atau menambal sepatu dgn kakiku sendiri, lebih aku sukai drpd aku berjalan di atas kuburan seorang muslim”. (HR.Ibnu Majah no:1283)

KENCING dan BERAK DI KUBURAN
“Dan aku tidak peduli, apakah aku buang air besar di tengah kuburan atau di tengah pasar”. (HR.Ibn Majah no:1273, Muslim no:976)

Artinya, keburukan buang air di kuburan sama dgn buruknya membuka aurat dan buang air besar di tengah-tengah orang banyak di dalam pasar.

BERIBADAH DI KUBURAN
"Jgn jadikan rumah-rumah kalian seperti perkuburan dan jgn jadikan kuburku sebagai tempat perayaan/ibadah/keramaian. Berselawatlah ke atasku krn sesungguhnya selawat kalian akan sampai kepadaku di mana jua kalian berada". (HR.Abu Daud no:2042)

TIDAK BERKATA KEJI danBATHIL.
"Dahulu aku telah melarang kalian dari menziarahi kubur, sekarang berziarahlah dan jgnlah berkata dgn perkataan yg keji dan batil". (HR.Hakim no:1342

Artinya tidak mengobrol ttg hal duniawi dan aib si mayit.

TIDAK BERSANDAR PADA KUBURAN.
"Rasulullah melihat aku bersandar kpd sebuah kubur lalu baginda berkata: “Jgn menyakiti ahli kubur ini". (HR.Ahmad no:20931)

TIDAK MEMBACA AL-QUR'AN DI KUBURAN.
"Jgn jadikan rmh-rmh kalian seperti perkuburan. Sesungguhnya syetan berlari apabila dibacakan al-Baqarah". (HR.Muslim no:1179)

Artinya, Rumah yg tdk dibacakan al-Qur’an umpama perkuburan, maka bacalah al-Qur’an di dalam rumah. Perkuburan bukan tempat membaca al-Qur’an, krn itulah Rasulullah menjadikan perkuburan sebagai perumpamaan rumah yg tdk dibacakan al-Qur’an di dalamnya.

TIDAK MENCELA MAYIT
"Jgn mencela org-org yg sudah meninggal dunia krn mereka sdh sampai kpd apa yg mereka lakukan". (HR.Bukhari no:1393)

Salam !

Kisah Kesabaran dan Kesucan Ayah Imam Syafi’i

 
Suatu hari seorang lelaki muda hendak berangkat mengaji, berjalan menyusuri pinggiran sungai. Tanpa sengaja matanya tertuju pada sebuah buah delima yang hanyut. Delima itu tampak matang dan ranum. Warna merah delima itu menggoda kerongkongan pemuda yang bernama Idris As Syafi’i. Tanpa menunggu lama, dengan sebilah tongkat kayu sambil menginjak tepian sungai, ia mencoba meraih delima ranum tersebut. “Hupp….”

Delima itupun sampai dalam genggaman. Dalam kondisi lapar, tanpa pikir panjang ia langsung meraup delima demi mengganjal perutnya yang keroncongan.
Gigitan demi gigitan delima itu dilahap nikmat. Setengah delima telah masuk ke dalam penggilingan usus, barulah ia bertanya dengan dirinya, “Siapakah pemilik delima ini?
 ” Aku yakin buah ini pasti ada pemiliknya, yang kepadanya aku belum meminta ijin untuk memakannya.” Demikian pertanyaan itu menghentikan gigitan yang masih menempel di mulut.

 “Berarti pula makanan yang masuk kedalam perutku ini tidaklah halal bagiku. Oh Tuhan….Maafkan aku.” Itulah penyesalan yang muncul di dalam hati pemuda Idris.”
Lama dia termenung, teringat ajaran sang guru, bahwa makanan haram yang masuk kedalam badan dan pakaian yang haram yang menutup badan dapat menjadi suatu sebab terhambatnya doa. “Oh Tuhan, ampunilah aku. Bagaimana caraku untuk membersihkan kesalahanku?” Itulah penyesalan yang tiada terbilang memenuhi relung hati sang pemuda beriman, Idris.
Setelah merenung bingung beberapa berselang, akhirnya diperoleh cara untuk menyelesaikannya, “Aku harus mencari pemilik delima, untuk meminta keikhlasan atasnya.” Akhirnya,pemuda IDris menyusuri tepian sungai, berusaha mencari pemilik delima tadi. Delima yang tinggal setengah masih pula di gengang sebagai bukti nanti kalau-kalau sang pemilik meminta kembali.

Cukup panajang ia menyuri sungai itu akhirnya bertemu dengan sebuah perkebunan yang ditumbuhi pohon delima. Memanglah bahwa lokasi kebun itupun menjorok ke sungai. “Dari pohon inilah barangkali delima yang hanyut yang kumakan tadi.” Idris terus mengamati pohon delima yang menempel di dahan-dahan sambil mencocokannya dengan buah delima yang ia makan. Ternyata sama persis.
Setelah ia yakin benar, lantas Idris bertanya untuk mencari pemilik kebun. Bertemulah ia kepada sang pemilik kebun.
Tanpa gusar ia terus berkata kepada orang asing itu, “Maaf pak, saya kesini untuk meminta keikhlasan bapak atas kekhilafan yang telah saya lakukan.” kata Idris membuka pembicaraan.
Lelaki paruh baya yang sudah ditumbuhi uban itu mengerutkan wajah dengan penuh heran. Pemuda asing yang datang ini langsung mengajukan permintaan yang sangat ameh baginya. Permintaan maaf yang diapun tak mengerti arah pembicaraan Idris.

“Apa gerangan yang membuat anda meminta maaf dan keikhlasan, padahal kita baru saja berjumpa?
Saya sangat yakin tak ada kekeliruan diantara kita berdua.” jawab lelaki setengah baya.

“Begini pak. Dijelaskanlah semua permasalahan yang telah menimpa dirinya dari awal hingga pertemuan mereka.
Mendengar penjelasan tersebut, lelaki paruh baya terkejut, “subhanallah”. Bibirnya sontak berujar memuji Allah.

Beberapa saat laki-laki separuh baya itu terdiam terhipnotis oleh akhlaq laki-laki asing yang berada di depannya. “Baru kali ini aku melihat seorang laki-laki yang begitu bersemangat menjaga dan mencegah diri dari dosa, padahal bisa saja ia melupakan perkara itu begitu saja. Tapi laki-laki muda ini sangat aneh, dan jarang kutemui

.” Pak Tua membatin
Lain halnya dengan pemuda itu, Idris justru dilanda kekhawatiran tiada terkira, jangan-jangan Pak Tua tak mau memaafkannya, “Bagaimana, pak, bisakah aku dimaafkan, dan delima yang aku makan diikhlaskan?”
Pak tua lantas memberi jawaban dengan wajah yang dibuat-buat agar menimbulkan keangkeran, “Aku mau menerima maafmu, asal kamu mau menerima persyaratanku.”
“Oh saya mau Pak, apapun persyaratan yang bapak ajukan, aku mau melakukan, asal bapak mau mengikhlaskan, ” sambut Idris berseri-seri, karena melihat peluang untuk dapat diampuni.
“Begini Nak, “kata Pak Tua mulai menjelaskan serius, “Aku punya seorang anak perempuan tunggal yang tuli, bisu, buta dan lumpuh.”

“Lantas?” tanya si Idris penasaran.

“Aku menghendakimu menjandi menantuku, mengawini putriku. Itulah satu-satunya syarat yang kuajukan agar delima yang telah engkau makan dapat aku ihklaskan, “jelas Pak Tua sejelas-jelasnya.
Innalillah,” desis hati si Idris ketika mendengar penjelasan, “Bagaimana mungkin hanya untuk mendapatkan keikhlasan sebuah delima harus aku tebus dengan mengawini wanita cacat segalanya. Apakah cara ini cukup adil?” Kelihatan sekali kening pemuda Idris berkerut, mempertimbangakan dan memikirkan keputusan yang sangat berat.

Pak Tua memperlihatikan pemuda Idris dengan seksama lantas bertanya malah terkesan setengah memaksa, “Bagaimana Nak?” Memang itulah persyaratanku saja.”
Pemuda Idris terdiam, tampak memikirkan dengan begitu mendalam. Sejenak kemudian ia mengangkat wajah, mendesah berat, lantas memberikan jawaban, “Kalau memang hanya cara itu yang bisa membuat Bapak memaafkan kesalahanku maka aku harus menyanggupinya wahai Pak Tua.”
Mendengar jawaban Idris, lelaki paruh baya itu tersenyum bahagia lantas bicara, “Aku ikhlas memberi ampunan, aku harap kau ikhlas menerima persyaratan.”

“Aku ikhlas, “tukas Idris lugas, sambil menyodorkan sebuah jabat tangan.
“Kalau begitu, sebelum aku mengawinkanmu, kupersilakan kau melihat calon istrimu dahulu, Kata Pak Tua, sambil mempersilakan pemuda Idris melihat calon istrinya di ruang tengah. Pemuda Idris segera beranjak, menuju ruang yang ditunjukkan. Dengan tangan sedikit kaku. didorongnya gagang pintu dengan hati berdebar tak menentu karena matanya akan segera menatap calon istri yang cacat segala rupa.
“Bagaimana bentuk wanita calonku ini, yang cacat segalanya, buta tuli, lumpuh, bisu?” Beberapa saat pintu terbuka hampir tak berbunyi. Di lihatnya sorang wanita jelita yang tampaknya sedanga merenda. Hanya dia dan tak ada lagi wanita lainnya. Bingung. Pintu ditutup kembali sam apelannya ketika ia membuka lantas menemui Ayah perempuan. “Pak, aku tak melihat orang lain di dalam sana,kecuali hanya seorang wanita yang sedang merenda.”

Pak Tua tersenyum lantas berujar, “Dialah calon istrimu.”
“Oh Tuhan, bagaimana bisa begitu? Bukankah Bapak tadi menyebut calonku seorang buta tuli, lumpuh, bisu? Sedangkan yang didalam sana seorang wanita yang sangat jelita dengan muka ranum bak delima?

” tanya pemuda Idris setengah tak percaya. Hatinya berdebar kencang.

“Bagini anakku.''Dia memang buta dalam soal melihat kemaksiatan. Dia memang tuli dalam mendengar pembicaraan yang dapat menimbulkan murka Allah. Dia memang bisu untuk mengucapkan makian dan lumpuh karena tidak melangkahkan kakinya ke tempat-tempat maksiat, lokasi berkumpulnya syetan. Dia tak pernah bersentuhan dengan segala kemaksiatan, Itulah yang kumaksud bahwa dia buta, tuli, lumpuh, bisu. Karena itulah, tak ada pemuda yang layak menjadi suaminya kecuali orang sepertimu, yang juga menjaga diri dari segala hal yang berkaitan dengan dosa, haram, dan kemaksiatan.
Merekapun dinikahkan. Kebahagian meliputi perjalanan pasangan ini mengarungi bahtera rumah tangga. Karena niatan Lillah Billah dan Fillah, halangan demi halangan hanya Allah tempat terbaik dalam meminta dan berlindung.

Dari pasangan suami-istri yang terjaga dari dosa dan maksiat, haram dan kemungkaran ini, kemudian lahir seorang anak shaleh teladan, yang bahkan dalam umur enam tahun telah hafal Al-Quran. Dialah Muhammad bin Idris Assyafi’i yang tak lain adalah Imam Syafi’i.
Itulah kesabaran dari ayah seorang ulama besar sepanjang masa ini. Sang ayah begitu sabar dalam menahan dan menghindari makanan yang haram, ibu yang selalu menjaga kehormatan dan kesuciannya maka Allah pun mengabulkan do’a nya, menganugrahkan keduanya seorang anak yang saleh.